Di pelosok Desa Nanggerang, tepatnya di Leuweung Majapahit, hidup seorang nenek tangguh bernama Ma Sunarti, yang kini telah berusia 70 tahun. Di usia senjanya, Ma Sunarti masih harus berjalan kaki lintas kecamatan menjajakan kayu bakar, satu-satunya sumber penghidupan yang ia miliki.
Ma Sunarti tinggal di pedesaan yang jauh dari keramaian, menggantungkan hidupnya dari alam dan kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya. Ia tidak sendiri—ia ditemani seorang cucu yang dititipkan oleh anaknya sendiri, karena sang anak tak sanggup membesarkan semua anaknya. Bagi Ma Sunarti, cucu itu bukan beban, melainkan teman setia di rumah yang sunyi sejak suaminya meninggal di usia muda, 47 tahun.
Setelah kepergian suaminya, Ma Sunarti memulai kehidupan barunya dengan menjual kayu bakar. Terkadang, ia juga bekerja serabutan, seperti membersihkan halaman rumah orang lain yang mengenalnya. Dari hasil kerja keras itulah ia bisa menyambung hidup, meski serba kekurangan.
Setiap hari, Ma Sunarti dan cucunya bergantian mengumpulkan kayu yang jatuh di hutan. Namun, menjual satu ikat kayu pun kini semakin sulit. Masyarakat perlahan meninggalkan tungku dan beralih ke kompor modern. Tapi Ma Sunarti tetap berjualan, karena tidak ada pilihan lain. Dia masih harus mengisi perut, membayar kebutuhan cucunya, dan bertahan hidup.
Yang paling memilukan, Ma Sunarti sering mengeluh sakit kaki akibat terlalu sering berjalan jauh, mendaki dan menuruni bukit untuk menawarkan kayu dagangannya.
Mari bantu Ma Sunarti.
Bantu ringankan langkahnya yang lelah, kuatkan pundaknya yang renta, dan sejahterakan masa depan cucunya yang masih bergantung pada satu-satunya tangan yang tersisa.
Satu bentuk kebaikan dari Anda, bisa menjadi penguat semangat Ma Sunarti untuk terus bertahan di tengah kerasnya hidup.
Menanti doa-doa orang baik